PRESTASI BELAJAR SISWA

PRESTASI BELAJAR SISWA
Dari kegiatan tertentu yang digeluti untuk mendapatkan prestasi, maka munculah berbagai pendapat dari para ahli sesuai dengan keahlian mereka masing-masing untuk memberikan pengertian mengenai kata “prestasi”. Namun secara umum mereka sepakat, bahwa “prestasi” adalah hasil dari suatu kegiatan.

Untuk memperoleh gambaran serta pemahaman yang jelas tentang pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu penulis akan mencoba untuk mengungkapkan beberapa pendapat dari para tokoh tentang pengertian dari prestasi dan belajar. Prestasi belajar merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar, dan kedua kata tersebut masing-masing mempunyai arti dan makna yang berbeda.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata prestasi berarti “hasil yang telah dicapai” (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok.  Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Dalam kenyataan untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapainya.

Sedangkan menurut Mas’ud hasan Qohar prestasi adalah “apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.” Sementara itu Nasrun Harahap memberikan batasan bahwa prestasi adalah “penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.”

Prestasi  atau hasil belajar merupakan sesuatu yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu dari sisi siswa dan dari sisi guru. Lebih lanjut Dimyati dan Mudjiono menjelaskan sebagai berikut :
“Hasil belajar dipandang dari sisi siswa merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, efektif dan psikomotorik. Hasil belajar, sebagai hasil dari proses pembelajaran terkait dengan bahan pelaharan. Dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Hal ini terkait juga penggal-penggal pengajaran. Hasil belajar dinilai dengan ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah dan tingkat nasional. Dengan ukuran-ukuran tersebut, seorang siswa yang keluar dapat digolongkan kedalam kategori lulus atau tidak lulus. Dari segi proses belajar, keputusan tentang hasil belajar berpengaruh pada tingkah laku siswa dan guru.”

Keputusan tentang hasil belajar merupakan feed back (umpan balik) dan reinforcement (penguatan) bagi siswa dan guru, serta menjadi puncak harapan siswa. Secara kejiwaan, proses belajar siswa akan dipengaruhi oleh hasil belajar yang telah diperolehnya, oleh sebab itu sekolah dan guru diharapkan berlaku arif dan bijaksana dalam menetapkan serta menyampaikan hasil belajar siswa.

Untuk itu dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu usaha atau kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan yang menyenangkan hati yang diperoleh dari keuletan kerja.

Oleh karena itu, prestasi tidak akan dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Dalam kenyataan untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh dengan perjuangan dan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk untuk mencapainya. Hanya keuletan dan kesadaran dari individu itu sendiri yang membantu untuk mencapai suatu prestasi.

Dalam mendefinisikan tentang belajar banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mancari ilmu atau menuntut ilmu, hampir semua ahli pendidikan mencoba merumusakan dan menafsirkan tentang belajar, dalam definisi sering kali rumusan itu berbeda satu sama lain.
Belajar adalah suatu proses yang selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Pendapat yang sama dikemukakan oleh  Sobri bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.

Belajar tidak hanya meliputi mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan dan cita-cita. Namun tidak sama perubahan prilaku berarti belajar, orang yang tangannya patah karena kecelakaan mengubahtingkah lakunya, tetapi kehilangan tangan itu sendiri bukanlah belajar. Mungkin orang itu melakukan perbuatan belajar untuk mengimbangi tangannya yang hilang itu dengan mempelajari keterampilan baru. Perubahan tidak selalu harus menghasilkan perbaikan ditinjau dari nilai-nilai sosial. Seorang penjahat mungkin sekali menjadi seorang ahli, tetapi dari segi pendangan sosial hal itu bukanlah berarti perbaikan.

Menurut Hilgard dan Brower sebagaimana yang dikutip oleh Oemar Hamalik dalam bukunya “psikologi pendidikan” mereka mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku melalui pendidikan atau lebih khusus melalui prosedur latihan, perubahan itu sendiri berangsur-angsur dimulai dari sesuatu yang tidak diketahui atau dikenalnya untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya dan dipergunakan sampai pada suatu saat untuk dievaluasi oleh yang menjalani proses belajar itu.

Rumusan tentang belajar adalah sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, efektif dan psikomotorik.

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono berpendapat mengenai pengertian belajar secara psikologis ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingjah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Kemudian Nana Sudjana mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditentukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya menerimanya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.

Muhibbin Syah berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

Dari beberapa perumusan belajar yang telah disebutkan di atas, walapun terdapat perbedaan-perbedaan tetapi secara prinsip mempunyai arti dan tujuan yang sama yaitu bahwa belajar adalah suatu proses usaha atau interaksi yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu yang baru dan perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman itu sendiri.

Belajar dapat dikatakan berhasil apabila dalam diri individu telah terjadi perubahan, begitupun sebaliknya, apabila dalam diri individu tidak atau belum terjadi suatu perubahan maka belajar tersebut bisa dikatan tidak atau belum berhasil dengan baik. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya dan lain-lain yang ada pada individu.

Seseorang yang melakukan perbuatan belajar dapat melakukan apa yang sebelumnya tidak dapat dilakukannya, tingkah laku akan berbeda dari pada sebelum ia melakukan kegiatan belajar, perubahan meliputi kebiasaan, keterampilan, sikap dan lain-lain. Setelah mengetahui beberapa pendapat dari para ahli tentang prestasi dan belajar, maka akan diketahui pengertian dari prestasi belajar itu sendiri.

Prestasi belajar adalah proses yang di alami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis sintesis dan evaluasi. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan data dan menghafalkan fakta-fakta tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Orang yang demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang di ajarkan oleh guru.

Di samping itu ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Belajar bukan suatu tujuan atau benda, tetapi belajar adalah suatu proses kegiatan untuk mencapai tujuan. Pengertian proses lebih bersifat merupakan “cara” mencapai tujuan atau benda. Jadi ini merupakan langkah-langkah atau prosedur yang di tempuh di dalam proses belajar setiap kegiatan saling berinteraksi atau saling mempengaruhi.

Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan,(b) pengetahuan dan pengertian,(c) sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni(a) informasi ferbal,(b) keterampilan intelektual,(c) strategi kognitif,(d) sikap,(e) keterampilan motoris.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Syaiful Bahri Djamarah prestasi belajar yaitu hasil yang diperoleh beupa kesan-kesan yang membangkitkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari kreativitas belajar.

Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah laku. Dengan demikian pengertian bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari pengalaman melalui aktivitas dalam belajar.

Nana Sudjana, prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Muhibbin Syah prestasi belajar adalah segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa siswa sangat sulit. Hal ini karena perubahan hasil belajar itu yang tidak dapat diraba.

Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil atau perubahan dari apa yang diserap oleh siswa dalam belajar. Dengan kata lain prestasi belajar berarti pnguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang diperoleh dari hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk scaore setelah mengikuti kegiatan belajar.

Dengan memperhatikan pengertian “prestasi” dan “belajar” yang telah diungkapkan diatas, jelas bahwa prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari sesuatu aktifitas. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah laku.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa salah satu dari ruang lingkup pendidikan adalah waktu atau kesempatan yang tersedia untuk belajar. Dengan kata lain, semakin banyak waktu yang digunakan untuk belajar, maka semakin besar peluang untuk meraih sebuah prestasi.

Dalam kehidupan nyata, dapat dilihat bahwa Mahasiswa yang sudah menikah memiliki waktu belajar yang lebih sedikit daripada Mahasiswa yang belum menikah. Dalam hal ini, penerimaan materi juga pasti terdapat perbedaan, karena mahasiswa yang sudah menikah tidak hanya dituntut untuk menerima dan memikirkan pelajaran, tetapi juga dituntut untuk menjaga keharmonisan keluarganya, walaupun tidak menutup kemungkinan untuknya berprestasi.

Dengan memperhatikan uraian di atas, jelas bahwa keadaan individu seseorang misalnya pernikahan mempunyai hubungan erat dengan prestasi belajar. Dengan kata lain, bahwa status pernikahan tidak menutup kemungkinan seseorang terus belajar dan berprestsi, karena semakin tua umur seseorang dan perubahan status akan mendorong seseorang untuk bersikap lebih bijak dalam menghadapi suatu masalah.



A.   Macam-macam Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kautannya dengan tujuan instruksional yang direncanakan oleh guru sebelumnya. Hal ini dipengaruhi pula oleh kemampuan guru sebagai perancang belajar mengajar. Prestasi belajar yang dicapai siswa dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu prestasi bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.
Prestasi bidang kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni :
1.    Ingatan, mengacu kepada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar.
2.    Pemahaman, mengacu kepada kemampuan memahami makna materi. Aspek ini satu tingkat di atas pengetahuan dan merupkan tingkat berpikir yang rendah.
3.    Penerapan, mengacu kepada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan, prinsip.
4.    Analisis, mengacu kepada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.
5.    Sintesis, mengacu kepada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Sintesis merupakan kemampuan tingkat berpikir yang lebih tinggi daripada kemampuan sebelumnya.
6.    Evaluasi, mengacu kepada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Evaluasi merupakan tingkat kemampuan berpikir yang tinggi.

Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelaktual yang terdiri dari enam aspek yakni : pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aflikasi, analisis, sintaksis, dan evaluasi. Dibawah ini akan dipaparkan satu persatu :
1.    Tipe hasil belajar pengetahuan
Tipe hasil belajar termasuk kognitif tingkat rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi pra syarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hapalan menjadi pra syarat bagi pemahaman hal ini berlaku bagi semua bidang studi baik, bidang studi matematika, pengetahuan alam, ilmu sosial, maupun bahasa. Misalnya hapal suatu rumusakan menyebabkan faham bagaimana menggunakan rumus tersebut.

2.    Tipe hasil belajar pemahaman
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan suatu kalimatnya sendiri sesuatu yang di baca atau di dengarnya memberi contoh lain yang telah di contohkan. Dalam taksonomi bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu di tanyakan sebab untuk memahami perlu terlebih dahulu memahami atau mengenal.

3.    Tipe hasil belajar aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkrit dan situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan sabstraksi kedalam situasi baru disebut aplikasi. Bloom membedakan delapan tipe aplikasi di antaranya yaitu :
a)   Dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi baru yang dihadapi.
b)   Dapat menyusun kembali program-programnya sehingga dapat menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai.
c)   Dapat mengetahuai hal-hal khusus yang tergampang dari prinsip-prinsip generalisasi.
d)   Dapat menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru.

4.    Tipe hasil belajar analisis
Anlisis adalah usaha memilih suatu integritas menjasi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan percakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensip dan dapat memilih integritas menjadi bagian-bagian yang tepat, terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, cara kerjanya, dan sistematiknya.


5.    Tipe hasil belajar sintesis
Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berfikir sintesis adalah berfikir dipergen, dimana dalam berfikir dipergen pemecahan atau jawabannya belum dapat dipastikan. Berfikir sintesis merupakan terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berfikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan.

6.    Tipe hasil belajar : Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi dan lain-lain.

Prestasi bidang afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek sebagai berikut :
1.    Penerimaan, mengacu kepada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap stimulasi yang tepat.
2.    Pemberian respon, reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang dating dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulasi dari luar yang datang kepada dirinya.
3.    Penilaian, mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi ‘sikap’ dan ‘apresiasi’.
4.    Pengorganisasian, mengacu kepada penyatuan nilai, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
5.    Karakterisasi, mengacu kepada karakter dan gaya hidup seseorang. Nilai-nilai sangat berkembang dengan teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujun dalam kategori ini bisa ada hubungannya dengan ketentua pribadi, sosial, dan emosi siswa.

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan , yakni :
1.    Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar
2.    Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
3.    Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain
4.    Kemapuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan
5.    Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks
6.    Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interprestatif.

Ketiga kategori tersebut tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki. Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di sekolah yang nampak dari perubahan tingkah laku yang secara teknis dirumuskan dalam sebuah pernyataan verbal melalui tujuan instruksional (pengajaran).

Dalam proses belajar mengajar di sekolah saat ini, tipe hasil belajar kognitif lebih doniman jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan psikomotorik. Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektif dan psikomotorik diabaikan sehingga tak perlu dilakukan penilaian.
Muhibbin Syah, secara rinci memberikan gambaran tentang indikator prestasi belajar (kognitif, afektif dan psikomotorik) dan cara melakukan evaluasi terhadap ketiga kategori tersebut, sebagaimana tertera pada tabel berikut :
Tabel 1
Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi

Ranah/Jenis Prestasi

Indikator

Cara Evaluasi
1

2

3

a) Kognitif

1. Pengamatan


1.    Menunjukkan
2.    Membandingkan
3.    Menghubungkan

1.  Tes lisan
2.  Tes tertulis
3.  Observasi
2. Ingatan
1.    Menyebutkan
2.    Menunjukkan kembali
1.    Tes lisan
2.    Tes tertulis
3.    Observasi
3. Pemahaman
1.    Menjelaskan
2.    mendefinisikan
1.    Tes lisan
2.    Tes tertulis
4. Penerapan
1.    Memberikan contoh
2.    Mendefinisikan
1.    Tes lisan
2.    Pemberian tugas
3.    Observasi
5. Analisis
1.    Menguraikan
2.    Mengklasifikasikan
1.    Tes tertulis
2.    Pemberian tugas
6. Sintesis
1.    Menghubungkan
2.    Menyimpulkan
3.    Menggenerasasikan

1.    Tes tertuli
2.    Pemberian tugas

b) Afektif

1. Penerimaan

1.    Sikap menerima
2.    Sikap menolak

1.    Tes tertulis
2.    Tes skala sikap
3.    Observasi
2. Sambutan
1.    Berpartisipasi
2.    Memanfaatkan (peluang)
1.    Tes tertulis
2.    Tes skala sikap
3.    Observasi
3. Apresiasi
1.    Menganggap penting dan bermanfaat
2.    Menganggap indah dan harmonis
3.    Mengagumi
1.    Tes skala sikap
2.    Pemberian tugas
3.    Observasi
4. Internalisasi
1.    Mengakui dan meyakini
2.    Mengingkari
1.    Tes skala sikap
2.    Pemberian tugas
3.    Observasi
5. Karakterisasi
1.    Melembagakan/meniadakan
2.    Menjelmakan dalam perilaku
1.    Pemberian tugas
2.    Observasi

c) Psikomotorik

1.    Keterampilan bergerak dan bertindak
1.    Mengkoordinasikan gerak anggota tubuh

1.    Observasi
2.    Tes tindakan
2.    Kecapanan ekspresi verbal dan non verbal

1.    Mengucapkan
2.    Membuat mimik dan gerakan jasmani
1.    Tes lisan
2.    Observasi
3.    Tes tindakan

Indikator-indikator pada tabel di atas merupakan pedoman bagi guru dalam menerapkan batas minimal keberhasilan belajar siswa. Hal ini amat penting, karena mempertimbangkan batas minimal keberhasilan siswa bukanlah perkara mudah. Mengingat ranah-ranah psikologis walapun berkaitan satu sama lain, kenyataannya sukar diungkap sekaligus bila hanya melihat perubahan yang terjadi hanya pada ranah tertentu saja.
Oleh karena itu, guru hendaklah dapat bertindak secara bijak dalam memberikan penilaian, agar siswa pun merasa puas terhadap hasil belajar yang mereka tempuh selama jangka waktu tertentu. Selain itu dari table di atas dapat terlihat jelas bahwa hasil belajar afektif dan psikomotorik ada yang tampak pada saat proses belajar mengajar berlangsunnng dan ada pula yang baru tampak kemudian (setelah pengajaran diberikan) dalam praktek kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Itulah sebabnya hasil belajar afektif dan psikomotor sifatnya lebih luas, lebih sulit dipantau namun memiliki nilai yang sangat berarti bagi kehidupan peserta didik sebab dapat secara langsung mempengaruhi prilakunya.
Dari uraian table di atas penulis dapat menyimpulkan untu mengukur prestasi belajar terlebih dahulu harus di ketahui garis-garis besar indicator dan dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diukur atau diungkapkan.
Pada hakikatnya hasil belajar meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pencapaian ketiga aspek tersebut tentulah di dapat melalui proses belajar mengajar. Jadi proses belajar yang dicapai oleh seorang peserta didik baik itu siswa ataupu mahasiswa.

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa dapat dikatakan sebagai hasil belajar siswa setelah mereka mengikuti dan mempelajari mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah dalam kurun waktu yang telah ditentukan dan sudah tentu tercapainya hasil belajar tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar bahwa proses belajar siswa ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1.    Faktor-faktor yang ada pada siswa
a)   Taraf intelegensi
b)   Bakat khusus
c)   Taraf pengetahuan yang di miliki
d)   Taraf kemampuan berbahasa
e)   Taraf organisasi kognitif
f)     Motivasi
g)   Kepribadian
h)   Perasaan
i)     Sikap
j)     Minat
k)   Konsep diri
l)     Kondisi fisik dan psikis (termasuk cacat pisik dan kelainan)
2.    Faktor-faktor yang ada di luar lingkungan sekolah
a)   Hubungan antara orang tua
b)   Hubungan orang tua dengan anak
c)   Jenis pola asuh
d)   Keadaan sosial dan ekonomi keluarga
3.    Faktor-faktor yang ada di lingkungan sekolah
a)   Guru, kepribadian guru, sikap guru terhadap siswa, keterampilan didaktik, dan gaya mengajar
b)   Kurikulum
c)   Organisasi sekolah 
d)   Sistem sosial di sekolah
e)   Keadaan fisik di sekolah dan fasilitas pendidikan
f)     Hubungan sekolah dengan orang tua
g)   Lokasi sekolah
4.    Faktor-faktor pada lingkungan sosial yang lebih luas
a)   Keadan sosial, politik dan ekonomi
b)   Keadaan fisik, cuaca dan iklim.

Matindas dalam konsep A-K-U (Ambisi – Kenyataan – Usaha) menyebutkan bahwa faktor-faktor di atas sebagai kenyataan internal (yang ada pada diri siswa) dan kenyataan eksternal (yang ada di luar siswa). Jadi, selain kenyataan yang ada, keberhasilan yang dapat dicapai seseorang juga ditentukan oleh ambisi sesuatu yang dapat diinginkan, dan usaha sesuatu yang dilakukan oleh individu untuk mencapai ambisinya dan mengatasi kenyataan yang ada.
Dengan berpijak pada pendapat di atas, maka jelas bahwa faktor prestasi belajar siswa tidak hanya satu faktor saja, melainkan sangat komplek, karena satu sama lain saling berkaitan.
Menurut Soemanto, faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :
1.    Faktor stimuli belajar
Yang di maksud dengan stimuli belajar di sini yaitu segala hal di luar individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perubahan belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup material, penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh si pelajar.
2.    Faktor metode belajar
Metode belajar yang digunkan oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan kata lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar.
3.    Faktor individu
Kecuali faktor stimuli dan metode belajar, faktor individu sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang. Adapun faktor-faktor individu ini menyangkut : kematangan, faktor usia kronologis, faktor oerbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan rohani, motivasi.
Sementara itu menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa secara umum itu ada tiga macam, yaitu :
1.    Faktor internal (faktor di luar siswa) yakni keadaan (kondisi jasmani dan rohani siswa)
2.    Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3.    Faktor pendekatan belajar (approach to learning) jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

1. Faktor internal meliputi dua aspek, yaitu :
a)   Aspek fisiologis (yang bersifat jasmani)
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya juga kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan, indra penglihatan dan pendengaran yang sangat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa serta kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan.
b)   Aspek psikologis
Faktor-faktor rohani yang termasuk aspek psikologis dan dapat mempengaruhi juantitas dan kualitas pembelajaran siswa adalah sebagai berikut yaitu : tingkat kecerdasan atau intelegebsi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi siswa.
2. Faktor eksternal terdiri atas tiga macam :
a)   Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi orang tua, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.
b)   Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa lainnya, disiplin sekolah, sarana dan prasarana pembelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, metode belajar dan tugas rumah, (PR).
c)   Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, media massa dan budaya hidup masyarakat.

Ketiga lingkungan di atas (keluarga, sekolah dan masyarakat) merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkungan itulah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang kompleks, yang di dalamnya juga terdapat proses interdependensi (ketergantungan). Dari ketiga faktor tersebut mempunyai pangaruh sukup signifikan terhadap kegiatan belajar anak didik.

3. Faktor pendekatan belajar
Faktor pendektan belajar ini juga sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, maka semakin baik pula hasilnya. Faktor ini dapat dibagi ke dalam tiga macam tingkatan, yaitu pendekatan tinggi, pendekatan sedang, dan pendekatan renah.

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah penulis kemukakan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, akan tetapi secara umum faktor-faktor tersebut dapat di klasifikasikan menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yang dalam istilah psikologi pendidikan lebih dikenal dengan istilah faktor instrinsik dan ekstrinsik. Dan salah satu faktor yang dipandang cukup dominan terhadap pencapaian prestasi belajar siswa ialah faktor keluarga, dimana keluarga merupakan peranan penting dalam pencapaian hasil belajar.









LihatTutupKomentar